Gw punya Idola baru,
Francis Bacon
Filsuf, Penulis, dan politikus yang gagal karena ketahuan nerima suap swaktu menjabat ketua Majelis tinggi Britania Raya tahun 1618. Dia emang gagal jadi seorang negarawan, tapi dikalangan pemikir dan ilmuwan beliau adalah Bapak Empirisme yang jadi dasar metodologi penelitian sains sampe sekarang. Tetang beliau selengkapnya baca aja diwikipedia, tapi gw mau share sedikit hal – hal yg menjadikan bacon layak sebagai panutan.
Karya penting
pertamanya ialah bukunya yang berjudul Essays, pertama muncul tahun 1597 dan
sedikit demi sedikit diperluas. Essays ini yang ditulis dengan padat dan gaya
luar biasa bagus, mengandung kekayaan mendalam, bukan saja dalam masalah
politik melainkan juga menyangkut hal ihwal pribadi pula. Beberapa contoh yang
khas misalnya:
Orang muda lebih
cocok mencipta ketimbang mengambil keputusan, lebih cocok bertindak ketimbang
beri pertimbangan, lebih cocok untuk menggarap proyek baru ketimbang berbisnis
yang sudah mapan ... Orang berumur terlalu sering menolak, berunding terlalu
lama, berbuat terlalu sedikit ... Tentu bagus jika bisa menggabungkan kedua
pekerjaan itu, karena nilai yang terkandung pada masing-masing usia bisa
melempangkan kekurangan yang melekat pada tubuh keduanya ...
Tetapi, tulisan
Bacon terpenting adalah menyangkut falsafah ilmu pengetahuan. Dia merencanakan
suatu kerja besar Instauratio Magna atau Great Renewal dalam enam bagian.
Bagian pertama dimaksud untuk meninjau kembali keadaan ilmu pengetahuan kita.
Bagian kedua menjabarkan sistem baru penelaahan ilmu. Bagian ketiga bersisikan
kumpulan data empiris. Bagian keempat berisi ilustrasi sistem baru ilmiahnya
dalam praktik. Bagian kelima menyuguhkan kesimpulan sementara. Dan bagian
keenam suatu sintesa ilmu pengetahuan yang diperoleh dari metode barunya.
Taklah mengherankan, skema raksasa ini --mungkin pekerjaan yang paling ambisius
sejak Aristoteles--tak pernah terselesaikan. Tetapi, buku The Advancement of
Learning (1605) dan Novum Organum (1620) dapat dianggap sebagai penyelesaian
kedua bagian dari kerja raksasanya.
Novum Organum atau
New Instrument mungkin buku Bacon terpenting. Buku ini dasarnya merupakan
pernyataan pengukuhan untuk penerimaan metode empiris tentang penyelidikan.
Praktek bertumpu sepenuhnya pada logika deduktifnya Aristoteles adalah tak ada
guna, merosot, absurd. Karena itu diperlukan metode baru penelaahan, suatu
metode induktif. Ilmu pengetahuan bukanlah sesuatu titik tempat bertolak dan
mengambil kesimpulan darinya; tetapi ilmu pengetahuan adalah sesuatu tempat
sampai ke tujuan. Untuk memahami dunia ini, pertama orang mesti
"mengamati"nya. Pertama, kumpulkan fakta-fakta. Kemudian, kata Bacon,
ambil kesimpulan dari fakta-fakta itu dengan cara argumentasi induktif yang
logis. Meskipun para ilmuwan tidak mengikuti metode induktif Bacon dalam semua
segi, tetapi ide umumnya yang diutarakannya penelitian dan percobaan penting
yang ruwet jadi gerak dorong dari metode yang digunakan oleh mereka sejak itu.
Buku terakhir Bacon
adalah The New Atlantis, sebuah penjelasan tentang negeri utopis terletak di
pulau khayalan di Pasifik. Meskipun pokok cerita diilhami oleh Utopia Sir
Thomas More, keseluruhan pokok masalah yang terdapat dalam buku Bacon
sepenuhnya berbeda. Dalam buku Bacon, kemakmuran dan keadilan dalam negara
idealnya tergantung pada dan hasil langsung dari hasil pemusatan penyelidikan
ilmiah. Dengan tersirat, tentu saja, Bacon memberitahu. pada pembacanya bahwa
penggunaan intelegensia dalam penyelidikan ilmiah dapat membuat Eropa makmur
dan bahagia seperti halnya penduduk yang hidup di pulau khayalan itu.
Orang selayaknya
boleh bilang bahwa Francis Bacon merupakan filosof modern pertama. Pandangan
keseluruhannya adalah sekuler dan bukannya religius (kendati dia percaya kepada
Tuhan dengan keyakinan teguh). Dia seorang rasionalis dan bukan orang yang
percaya kepada takhayul; seorang empiris dan bukannya seorang dogmatis yang
logikanya mencla-mencle. Di bidang politik dia seorang realis dan bukan seorang
teoritikus. Dengan pengetahuannya yang mendalam dalam pengetahuan klasik serta
keahlian sastranya yang mantap, dia menaruh simpati terhadap ilmu pengetahuan
dan teknologi.
Meskipun dia seorang
Inggris yang setia, Bacon punya pandangan berjangka jauh melampaui batas
negerinya. Dia membedakan 3 jenis ambisi:
Pertama, mereka yang
berselera meluaskan kekuasaannya di negerinya sendiri, suatu selera yang vulgar
dan tak bermutu. Kedua, ialah mereka yang bekerja meluaskan kekuasaan atas
negerinya sendiri dan penguasaannya atas penduduk. Ini tentu lebih bermutu
meskipun kurang baik. Tetapi, jika orang mencoba mendirikan dan meluaskan
kekuasaan dan dominasi terhadap umat manusia di seluruh jagad, ambisinya ini
tak salah lagi lebih bijak dari kedua ambisi yang disebut duluan.
Bacon juga
menghindari 4 idola yang membatasi kita untuk menerima pengetahuan yaitu.
pertama, idola
tribus yaitu berasal dari kata tribe. yaitu halangan yang berasal dari manusia
itu sendiri. kedua, idola specus yaitu berasal dari kata specus. idola ini ada
pada sudut pandang tiap- tiap individu yang berasal dari pendidikan, kebiasaan
dan lain-lain. ketiga, idola fori yaitu fori adalah pasar yang berarti
perbincangan yang tidak bermakna seperti orang di pasar. keempat, idola theatri
yaitu terlalu terpesona terhadap satu teori sehingga tidak mengkritisinya.
setelah melepaskan
diri dari 4 idola kita harus melakukan penyelidikan dalam 3 tahap yaitu.
pertama, collectio
yaitu mengumpulkan sebanyak mungkin data yang ada di pengalaman kita. kedua,
exclusio yaitu menyaring dan membuang bagian- bagian yang tidak diperlukan.
ketiga, dindeminatio yaitu menyimpulkan data-data yang ada ke dalam kesimpulan
umum dan membuat teori baru.
Biarpun Bacon
seorang pengkhotbah ilmu pengetahuan, dia sendiri bukan seorang ilmuwan,
ataupun setara dengan kemajuan-kemajuan yang diperbuat orang sezamannya. Bacon
anggap sepi samasekali Napier (yang baru saja menemukan logaritma) dan Kepler,
bahkan teman sejawat Inggrisnya William Harvey. Bacon dengan tepat mengganggap
bahwa "panas merupakan bentuk dari gerak," suatu ide ilmiah yang
penting. Tetapi, di bidang astronomi dia menolak pikiran-pikiran Copernicus.
Haruslah diingat, Bacon tidak mencoba menyuguhkan hukum-hukum ilmiah secara
komplit dan tepat. Dia sekadar hanya mencoba menyuguhkan hasil pengamatan
apa-apa yang perlu dipelajari. Perkiraan-perkiraan ilmiahnya hanya bermaksud
mendorong adanya diskusi lebih lanjut, dan bukannya suatu jawaban final.
Francis Bacon
bukanlah orang pertama yang menemukan arti kegunaan penyimpulan akliah secara
induktif, dan juga bukan dia orang pertama yang memahami keuntungan-keuntungan
yang mungkin diraih oleh masyarakat pengembangan ilmu pengetahuan. Tetapi, tak
ada orang sebelum Bacon yang pernah menerbitkan dan menyebarkan gagasan seluas
itu dan sesemangat itu. Lebih dari itu, sebagian karena Bacon seorang penulis
yang begitu bagus, dan sebagian karena kemasyhurannya selaku politikus
terkemuka, sikap Bacon terhadap ilmu pengetahuan betul-betul punya makna
penting yang besar. Tatkala "Royal Society of London" (kelompok elit
orang pilihan) didirikan tahun 1662 untuk menggalakkan ilmu pengetahuan, para
pendirinya menyebut Bacon sebagai sumber inspirasinya. Dan ketika Encyclopedie
yang besar itu ditulis zaman "Pembaharuan Perancis," para penyumbang
tulisan utama seperti Diderot dan d'Alembert, juga menyampaikan pujiannya
kepada Bacon yang memberikan inspirasi terhadap kerjanya. Andaikata Novum
Organum dan The New Atlantis agak kurang dibaca orang ketimbang dulu, ini
disebabkan pesan-pesan yang disampaikan oleh buku itu sudah begitu luas
diterima orang.
Bacon layak
dibandingkan setara dengan filosof Perancis Rene Descartes, tokoh pendorong
lain bagi masa depan ilmu pengetahuan mendatang. Bacon hidup lebih dulu
segenerasi dari Descartes dan dia lebih gigih dari Descartes dalam hal
mengumandangkan pentingnya penelitian dan percobaan-percobaan. Tetapi, arti
penting orang Perancis ini dalam hal penemuan matematika membuat ia sedikit
lebih tinggi dalam perbandingannya dengan Bacon.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar